Organisasi Kemahasiswaan Ekstra Kampus

SEJUTA ASA DARI JAMAAH PLUS DI AL-QOLAM

PENGANTAR

Suatu saat sebelum masuk ke mihrab, dengan agak galau sang imam mushalla "Rofiqil A'la" ini bertanya, "yang lain kemana ?" Lalu saya jawab, "sudahlah. Yang penting sampeyan ada, sudah cukup." Sebagai salah satu staf pengajar IAI Al-Qolam, saya berterimakasih kepada Muhammad Husni yang telah mencanangkan pembacaan surah Waqi'ah usai shalat Dzuhur dan Ashr. Memang ketika itu, ia merasa agak "kecewa" setelah melihat fakta ternyata banyak yang tidak hadir di mushalla padahal suara adzan sudah selesai menggema, baik kalangan dosen, staf maupun mahasiswa. Tetapi dasar orang asal Borneo itu menemukan kenyataan demikian, ia tetap tak kehilangan rasa kegembiraan yang terpancar dari senyum di bibirnya.

Terdapat dua keuntungan sekaligus yang akan diperoleh saat dua ritual itu dilaksanakan; 1) fadlilah shalat berjamaah, 2) maziyah pembacaan surah Waqi'ah. Keduanya dinilai sangat penting dari sisi normatif, karena dasar-dasar yang melegalisasi praktik dua amalan itu dalam cukup valid dan bisa dipertanggungjawabkan.

MENEBAR FADLILAH DI AL-QOLAM

Shalat merupakan sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya. Oleh karenanya, pelaksanaan shalat harus dilakukan semaksimal mungkin. Salah satu penyelenggaraan maksimal adalah shalat berjamaah. Sebagian ulama menghukumi shalat berjamaah dengan sunnah mu'akkad (sunnah yang kuat).

Bahkan kontinyuitas berjamaah dalam jangka 40 hari, memilki keistimewaan tertentu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW:

عن أنس بن مالك ـ رضي الله عنه ـ قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ.

“Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama’ah dengan mendapatkan takbiratul ihram imam, maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan.” (HR. Tirmidzi).

Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari sabda Nabi Muhammad SAW tersebut, diantaranya:

  1. Dua keutamaan besar itu ialah: Selamat dari siksa neraka, dan terhindar dari sifat munafik.
  2. Maksud selamat dari kemunafikan ialah Allah SWT akan melindunginya dari perbuatan kemunafikan dan diberi taufiq untuk melakukan amalan orang-orang yang ikhlas. Sedangkan di akhirat, Allah SWT menyelamatkannya dari adzab yang ditimpakan kepada orang munafik dan diberi kesaksian bahwa ia bukan seorang munafik.
  3. Bagian tanda kaum munafik jika melakukan shalat, maka mereka laksanakan dengan bermalas-malasan.
  4. Seorang muslim yang pernah terlambat dari takbiratul ihram imam karena adanya udzur syar’i, dan bukan merupakan kebiasaannya, maka ia bukanlah termasuk orang munafik
  5. Bagi siapa saja yang ingin meraih dua keutamaan besar tersebut namun ia pernah terlambat dari takbiratul ihram imam, maka hendaknya ia memulai lagi dengan hitungan baru. Kecuali jika disebabkan udzur syar'i, maka diharapkan ini berpulang pada niatnya.

Diluar hal di atas, Habib Zain ibn Hasan Baharun (Pengasuh PP Dalwa Bangil Pasuruan) dalam taushiyahnya mengatakan:

اذا تترتب الجماعة يترتب كله.

"Ketika shalat berjamaah sudah teratur, maka yang lain akan tertib".

Bila dicermati di dalam lingkungan pasantren, pasti terdapat masjid atau mushalla sebagai pusat program religinya. Bermula dari semangat kegiatan dasar ini, putaran roda aktivitas-aktivitas yang lain digelindingkan. Tentu fenomena tersebut bukan tanpa abtraksi, proses didirikan sebuah pesantren hampir-hampir dapat dipastikan dimulai dari wujudnya bangunan mushalla. Dari ruang langgar, seorang kiai meneguhkan jati dirinya sebelum kemudian mengajarkan berbagai macam nilai-nilai kebajikan kepada para santrinya. Dalam sejarah dunia pesantren pun sangat lazim ditemukan perkembangan jumlah grafik santri beranjak secara perlahan dari gubuk kecil bernama mushalla itu. IAI Al-Qolam yang mendeklarasikan diri sebagai perguruan tinggi Islam berbasis pesantren, suka atau tidak, harus mengadopsi tradisi luhur ini.

MENABUR MAZIYAH DI KAMPUS HIJAU

Surah Al-Waqi’ah adalah salah satu yang dikenal sebagai surah penuh berkah yang mampu melenyapkan kemiskinan bagi pembacanya yang rutin. Beberapa maziyah surah Al-Waqi’ah antara lain, riwayat Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Waqi’ah, ia tidak akan tertimpa oleh kefakiran selamanya.”

Walaupun beberapa riwayat tentang keutamaan Al-Waqi'ah bernilai dla'if (lemah) bahkan beberapa dianggap maudlu' (palsu), akan tetapi (dibolehkan) membaca Al-Qur’an yang dengan bacaannya menginginkan tafaqquh (pemahaman) di dalam agama dan mendapatkan berbagai kebaikan, karena Rasulullah SAW bersabda: ”Bacalah oleh kalian Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an akan memberikan syafaat (pertolongan) bagi para pemiliknya [pembacanya, pen] pada hari kiamat.”

Inilah yang mendasari kaum Nahdliyin tetap mengamalkan bacaan Al-Waqi'ah sebagai bagian dari kegiatan rutin di kampung-kampung, termasuk juga dilaksanakan oleh para pendidik IAI Al-Qolam Gondanglegi. Tentu saja harapan yang dibayangkan adalah berkah, setidaknya ragam keutamaan Al-Qur'an (khashaish Al-Qur'an), kalaulah penjelasan tentang keutamaan surah Al-Waqi'ah dinilai tidak valid.

MERETAS USAI MENGERAM

Program "Berjamaah Plus" seperti yang rancang Kaprodi PAI itu tentu meniscayakan berpeluh-peluh dari bukan saja penggagasnya belaka, namun juga semua kalangan akademisi di lingkungan Al-Qolam terlebih dahulu. Menjadikan semua orang di tengah kampus hijau berkomitmen dan menginsyafi terhadap kontinuitas ritual agamanya tidak semudah teori-teori dalam buku-buku profesor sekalipun. Apalagi dunia perkuliahan merupakan mimbar bebas yang mempersilahkan diskusi, perdebatan atau saling mengkritisi untuk digalakkan sejauh tidak merobohkan sendi-sendi kesopanan dan tata aturan. Menghadapi komunitas yang demikian ini tentu lebih berat ketimbang menyeru masyarakat pedesaan dengan materi ajakan yang sama.

Lika-liku mensosialisasikan dan mensukseskan agenda dari alumni PP Miftahul Ulum (PPRU IV) itu seakan sealur dengan perjuangan Rasulallah SAW dalam sejarah awal pertumbuhan Islam, bagaimana Nabi Muhammad SAW di hujat oleh kaumnya ketika beliau memberitakan peristiwa israk mikraj dengan perintah shalat lima waktu. Bahkan golongan Abu Jahal dan Abu Lahab menuduh kekasih Allah SWT itu sebagai "penyair sinting".

Di tengah komunitas yang dikenal "jahiliyah" itu hanya segelintir orang yang meyakini ucapan sang rasul tanpa tawar menawar. Tercatat dalam sejarah, sekelompok person itu Abu Bakar Al-Shiddiq mewakili kaum tua, Ali ibn Abi Thalib sebagai sosok kawula muda dan Khadijah dari kalangan kaum hawa.

Baru sekian tahun berikutnya, pengikut sang pembawa rahmat itu semakin bertambah, itupun masih dalam hitungan jari. Jumlah muslim nyata meningkat setelah melalui perjuangan dan pengorbanan yang tiada tara. Bayangkan, betapa dahsyatnya siksa yang menimpa sebagian sahabat Nabi dan bagaimana ancaman pembunuhan terhadap makhluk termulia itu begitu sangat bertubi-tubi.

Keberhasilan dakwah Islam jelas berkat keteguhan, ketabahan dan keteladan Nabi Muhammad SAW. Padahal seandainya beliau berkehendak, pada suatu saat malaikat sudah menawarkan supaya sebuah gunung untuk diciptakan oleh Allah SWT menjadi gundukan emas buat beliau. Tetapi dengan santun, beliau menampik pengajuan tersebut.

Seberat apapun rintangan untuk mensukseskan program yang diniatkan bakal mampu menggravitasi kemakmuran kampus itu akan terasa ringan, terlebih oleh para dosen, ketika mengingat yang dipesankan oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari:

ان يحب (المعلم) طالبه كما يحب نفسه

"Seharusnya seorang guru menyayangi muridnya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."

Lewat jamaah dan bacaan Waqi'ah tersebut kita dapat memanjatkan doa untuk mereka dengan harapan agar Allah menjadikan mereka orang-orang yang berguna bagi lingkungan masyarakatnya kelak ketika sudah kembali ke kampung halamannya, sekecil apapun pengetahuan yang diperoleh di tempat ini.

Rasa kasih sayang seorang pendidik terhadap peserta didiknya tidak semata-mata harus berupa materi.

[Tulisan ini merupakan kumpulan dari status penulis di FB yang sudah direvisi beberapa bagiannya].

Oleh: Muhammad Madarik
Tag : Berita, Opini
0 Komentar "SEJUTA ASA DARI JAMAAH PLUS DI AL-QOLAM"
Back To Top